Sistem Keuangan dan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Akan Tetap Tangguh di 2023 Dalam Menghadapi Krisis Perbankan AS
Sistem keuangan di dalam negeri tetap tangguh dalam menghadapi dampak dari krisis perbankan di Amerika Serikat (AS) dan ketidakpastian pasar keuangan global. Sistem keuangan juga bertahan dalam menghadapi dampak penutupan sejumlah bank di AS maupun dari keketatan kondisi pasar keuangan global. Ketahanan sektor keuangan tersebut salah satunya tercermin dari penyaluran kredit dan pembiayaan yang tumbuh ekspansif pada akhir 2022, yaitu sebesar 11,35%. Ketahanan juga terjaga ditopang oleh permodalan yang kuat, likuiditas yang memadai, dan risiko kredit yang terkendali. Uji ketahanan atau stress test yang dilakukan BI menunjukkan kuatnya perbankan Indonesia dalam menghadapi tekanan, baik dari risiko likuiditas dan pasar akibat dari kenaikan tingkat imbal hasil SBN dan volatilitas terhadap nilai tukar rupiah, maupun risiko kredit. Inklusi ekonomi dan keuangan juga terus meningkat sejalan dengan kinerja UMKM yang tumbuh positif.
Hal ini berhubungan erat dengan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Bank Indonesia (BI) optimis pertumbuhan ekonomi Indonesia akan tetap tangguh di tahun 2023 di tengah ketidakpastian global. Indonesia tumbuh pada 2022, bahkan pada paruh kedua 2022 pertumbuhan Indonesia lebih tinggi daripada paruh awal 2022 yang berbeda dengan negara lain. Ada banyak tantangan antara lain konflik Rusia dan Ukraina yang masih berlanjut, tingginya harga komoditas, dan volatilitas di keuangan global. Namun di tengah tantangan tersebut, ekonomi Indonesia masih tumbuh lebih tinggi dari negara-negara lain. Hal ini terjadi karena sebagian besar dipicu oleh surplus pada keseimbangan dagang yang menciptakan prospek yang lebih baik dan kinerja yang lebih baik bagi Indonesia.
Pertumbuhan yang tetap solid tersebut didukung oleh stabilitas di berbagai bidang dimulai dari nilai tukar rupiah yang tetap terjaga sejalan dengan langkah stabilisasi Bank Indonesia, inflasi yang terkendali, pertumbuhan kredit yang meningkat, dan sistem keuangan yang tetap sehat. Likuiditas perbankan dan perekonomian memadai untuk mendorong berlanjutnya peningkatan kredit atau pembiayaan. Pada Februari 2023, rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) tercatat tinggi mencapai 29,09 persen. Pada 2023, pertumbuhan kredit diperkirakan meningkat 10% sampai 12%.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap kuat tahun ini juga didorong oleh peningkatan permintaan domestik dan ekspor. Konsumsi rumah tangga yang diperkirakan makin kuat sejalan dengan peningkatan mobilitas di seluruh wilayah, penjualan eceran, dan membaiknya keyakinan konsumen. Prospek permintaan domestik yang meningkat juga dipengaruhi dampak lanjutan perbaikan ekspor. Ekspor barang dan jasa diperkirakan lebih tinggi dari proyeksi sebelumnya seiring perbaikan prospek ekonomi global. Perkembangan hingga Februari 2023 menunjukkan ekspor nonmigas Indonesia tumbuh tinggi, termasuk dari peningkatan ekspor batu bara, bijih logam, dan CPO ke China.
Selain itu, peningkatan kepercayaan bisnis sebagai dampak positif dari pembukaan ekonomi China akan berimbas pada pertumbuhan ekonomi Indonesia. Oleh karenanya, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023 diperkirakan akan bias ke atas dalam kisaran 4,5% sampai 5,3%. Ekonomi Indonesia tahun 2022 tumbuh sebesar 5,31% lebih tinggi dibanding capaian tahun 2021 yang mengalami pertumbuhan sebesar 3,70%. Dan pada tahun 2023 pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan I 2023 tercatat sebesar 5,03% (yoy), sedikit meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 5,01% (yoy).
Referensi :
bisnis.com
antarnews.com
bi.go.id
Komentar
Posting Komentar