Nilai tukar rupiah ditutup di level Rp15.580 per dolar AS pada Kamis (14/3). Mata uang Garuda melemah 5 poin atau minus 0,03 persen dari penutupan perdagangan sebelumnya. Sementara, kurs referensi Bank Indonesia (BI) Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menempatkan rupiah ke posisi Rp15.582 per dolar AS pada perdagangan sore ini. Mata uang di kawasan Asia juga dominan lesu. Yen Jepang turun 0,02 persen, peso Filipina layu 0,04 persen, yuan China merosot 0,06 persen, dan won Korea Selatan ambruk 0,27 persenSedangkan penguatan dialami dolar Singapura yang naik 0,01 persen, dolar Hong Kong tumbuh 0,02 persen, dan rupee India plus 0,04 persen. Di lain sisi, ringgit Malaysia dan baht Thailand macet Namun, mata uang negara maju mayoritas menguat. Poundsterling Inggris plus 0,12 persen, euro Eropa jatuh 0,04 persen, franc Swiss ambruk 0,10 persen, dolar Kanada menguat 0,01 persen, dan dolar Australia tumbuh 0,02 persen.
Fokus pasar beralih ke pembacaan inflasi AS dan penjualan ritel menyusul data Consumer Price Index yang kuat. Data Inflasi AS dan penjualan ritel ini akan dirilis pada hari Kamis waktu setempat. Keduanya diperkirakan akan menjadi faktor yang akan menjadi lansaran bagi Bank Sentral AS atau Federal Reserve (Fed) menurunkan suku bunga. Data tersebut juga muncul menjelang pertemuan The Fed pekan depan, yang diperkirakan akan mempertahankan suku bunga AS tetap stabil. The Fed juga diperkirakan masih akan memberi sinyal tidak segera mulai melonggarkan kebijakan. Seperti diketahui, sejumlah pejabat The Fed telah memperingatkan bahwa penurunan suku bunga sebagian besar akan ditentukan oleh laju inflasi AS dalam beberapa bulan mendatang. Tapi di sisi lain, dolar AS yang melemah terhadap nilai tukar lainnya termasuk rupiah pada perdagangan Rabu (13/3) padahal data inflasi konsumen (CPI) AS Februari 2024 yang dirilis sebelumnya menunjukkan peningkatan inflasi di atas ekspektasi pasar. Hal itu bisa mengindikasikan pelaku pasar mungkin mulai mengambil posisi di aset berisiko untuk bersiap mengambil peluang penerapan kebijakan pemangkasan suku bunga acuan AS ke depan. Kondisi tersebut mungkin dapat menahan pelemahan rupiah hari ini.
BI mencatat, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Februari 2024 berada di level 123,1, dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 125. Berdasarkan usia, keyakinan konsumen pada Februari 2024 juga terpantau optimis utamanya pada kelompok usia 20-40 tahun. Secara spasial, IKK meningkat di sebagian besar kota yang disurvei, terbesar di Kota Palembang sebesar 5,0 poin, diikuti Denpasar 3,1 poin dan Bandung 2,7 poin. Sementara itu, sebagian kota lainnya mencatat penurunan IKK, terutama di Kota Banjarmasin sebesar 12,7 poin, diikuti Surabaya 12,6 poin dan Medan 11,2 poin. Namun, optimisme konsumen tetap kuat didorong oleh keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini maupun ekspektasi terhadap ekonomi ke depan. Tercatat, Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) Februari 2024 masing-masing sebesar 110,9 dan 135,3. Meningkatnya IEK didorong oleh peningkatan ekspektasi terhadap penghasilan dan ketersediaan lapangan kerja yang masing-masing menjadi sebesar 138,6 dan 137,0 pada Februari 2024, meningkat dari 134,8 dan 133,7 pada Januari 2024.
Referensi : https://www.cnnindonesia.com
https://www.antaranews.com
https://www.liputan6.com
Komentar
Posting Komentar