Langsung ke konten utama

ACAMAN DUNIA TERHADAP RESESI YANG MENADATANG

     Saat ini kondisi dunia sedang dilanda bahaya di mana berbagai ancaman dari sisi ekonomi hingga keamanan masih terus menghantui.Ketegangan geopolitik itu mengakibatkan harga energi, pangan, hingga pupuk meningkat. Imbasnya, inflasi di sejumlah negara melambung. Lonjakan inflasi itu membuat bank-bank sentral di beberapa negara mengerek suku bunga acuannya.Pada akhirnya, kebijakan moneter yang ketat itu berpotensi memperlambat pertumbuhan ekonomi. Bahkan, sebagian negara terancam terperosok ke jurang resesi. Pernyataan Sri Mulyani tersebut juga diamini oleh Dana Moneter Internasional (IMF) dan sejumlah lembaga internasional, yang memproyeksi resesi global terjadi pada 2023 mendatang.

     Sedangkan IMF pun memperkirakan ekonomi global hanya tumbuh 3,2 persen pada tahun ini atau turun nyaris separuh dari capaian tahun lalu sebesar 6,1 persen. Sementara pada 2023 diperkirakan hanya 2,9 persen. Namun Belum selesai masalah yang ditimbulkan dari perang Rusia-Ukraina, baru-baru ini Amerika Serikat memutuskan untuk meninjau kembali hubungannya dengan Arab Saudi, termasuk dari sektor perdagangan.Sehubungan dengan ruwetnya ekonomi global, ada kekhawatiran sendiri di kalangan masyarakat soal peluang untuk mendapatkan pekerjaan. Sebab, biasanya, kondisi ekonomi yang rentan membuat pelaku usaha mau tak mau harus melakukan efisiensi demi aaa2 asakeberlangsungan usahanya.

     Hok (WEO), dikutip Rabu (12/10), IMF menjelaskan secara teknikal akan ada 31 dari 72 negara yang diproyeksikan. mengalami resesi. Hal ini terjadi karena kontraksi dalam PDB riil yang berlangsung selama setidaknya dua kuartal berturut-turut. Beberapa ekonom menyebutnya sebagai resesi teknis. Namun Terlihat di beberapa titik selama 2022-2023. Ada sekitar 43 persen ekonomi negara dengan perkiraan data kuartalan mengalaminya (resesi), yakni 31 dari 72 negara, lebih dari sepertiga IMF sebelumnya menjelaskan bahwa secara teknikal hanya ada sekitar 15 persen negara di dunia yang bakal jatuh ke jurang resesi IMF memprediksi inflasi negara berkembang akan membengkak pada akhir tahun ini, bahkan menembus level 9,9 persen. Di kesempatan berbeda, Jokowi mengatakan kondisi ekonomi global saat ini dipenuhi dengan ketidakpastian. Tak hanya itu, konfrontasi geopolitik dan perubahan iklim juga membuat banyak negara terancam apabila tidak berhati-hati. Dengan situasi yang ada sekarang ini negara manapun dapat terlempar cepat keluar jalur apabila tidak hati-hati dan tidak waspada baik dalam pengelolaan moneter maupun fiskal.

     Sedangkan ancaman resesi makin nyata Bagaimana nasib industri RI. Saat ini kondisi dunia sedang dilanda bahaya di mana berbagai ancaman dari sisi ekonomi hingga keamanan masih terus menjadi. Ketegangan geopolitik itu mengakibatkan harga energi, pangan, hingga pupuk meningkat. Imbasnya, inflasi di sejumlah negara melambung. Lonjakan inflasi itu membuat bank-bank sentral di beberapa negara mengerek suku bunga acuannya.

     Pada akhirnya, kebijakan moneter yang ketat itu berpotensi memperlambat pertumbuhan ekonomi. Bahkan, sebagian negara terancam terperosok keresesi . Sehubungan dengan ruwetnya ekonomi global, ada kekhawatiran sendiri di kalangan masyarakat soal peluang untuk mendapatkan pekerjaan. Pada akhirnya, jalan pintas dalam efisiensi adalah dengan memutus hubungan kerja (PHK) terhadap karyawannya. Walaupun memang tidak semua perusahaan langsung melakukan PHK.Menanggapi hal itu, Ekonom CORE Indonesia Mohammad Faisal menjelaskan sebetulnya kondisi ekonomi dalam negeri masih cukup bagus di tengah ketidakpastian ekonomi global.


Referensi:
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20221014064113-532-860366/ancaman-resesi-makin-nyata-bagaimana-nasib-industri-ri#

https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20221014064113-532-860366/ancaman-resesi-makin-nyata-bagaimana-nasib-industri-ri/amp

https://www.bareksa.com/berita/belajar-investasi/2022-10-10/ancaman-resesi-global-haruskah-pegang-banyak-cash/amp

Komentar

Postingan populer dari blog ini

HIMIKO  (Himpunan Mahasiswa Ekonomi) Himpunan Mahasiswa Ekonomi (HIMIKO) adalah wadah organisasi bagi mahasiswa Program Studi Ekonomi untuk mengembangkan diri, menambah relasi dan tentunya memajukan Prodi Ekonomi. HIMIKO terbentuk pada tanggal 12 November 2016. Himpunan Mahasiswa Ekonomi terbentuk pada saat mabim angkatan pertama Program Studi Ekonomi 2016. HIMIKO memiliki arti logo berbentuk 12 gir yang melambangkan tanggal terbentuknya HIMIKO. HIMIKO telah menjadi anggota IMEPI (Ikatan Mahasiswa Ekonomi Pembangunan Indonesia) sejak tahun 2017. Tahun 2019 HIMIKO terpilih menjadi Himpunan Tersosmed di Acara ORMAWA AWARD yang diselenggarakan oleh BEM U. HIMIKO memiliki Visi dan Misi sebagai berikut: Visi : “Meningkatkan solidaritas antar generasi ilmu ekonomi dan menjadikan HIMIKO himpunan yang dikenal di UBB maupun diluar UBB.” Misi : 1. Menjalin kerjasama antar organisasi di UBB maupun diluar UBB. 2. Meningkatkan keakraban antar kepengurusan sehingga menjalankan proker yang maksima

Kapitalisasi Pendidikan Terhadap Aksesibilitas dan Kualitas Pendidikan di Indonesia

Kapitalisasi pendidikan di Indonesia telah menjadi isu yang sangat relevan dan kompleks, terutama dalam konteks kenaikan biaya pendidikan yang signifikan. Kapitalisasi pendidikan dapat didefinisikan sebagai proses di mana pendidikan dipengaruhi oleh unsur-unsur ekonomi dan budaya kapitalis, mengarah pada perbedaan kualitas pendidikan yang didapatkan oleh masyarakat berbeda status sosial dan ekonomi. Kenaikan biaya pendidikan, seperti yang dikenal sebagai Uang Kuliah Tunggal (UKT), dapat memiliki dampak yang signifikan pada aksesibilitas pendidikan, terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Dalam beberapa kasus, kenaikan biaya pendidikan dapat memperburuk situasi kesulitan finansial bagi mahasiswa berpenghasilan rendah, menghambat akses mereka ke pendidikan tinggi, dan bahkan menghentikan studi mereka karena tidak mampu membayar biaya yang semakin tinggi.           Kapitalisasi pendidikan juga dapat berdampak pada kualitas pendidikan yang diterima. Dalam beberapa kasus, kenaikan

Rupiah melemah tipis ke 15.580 per dolar AS pada Kamis, 14 Maret 2024.

Nilai tukar rupiah ditutup di level Rp15.580 per dolar AS pada Kamis (14/3). Mata uang Garuda melemah 5 poin atau minus 0,03 persen dari penutupan perdagangan sebelumnya. Sementara, kurs referensi Bank Indonesia (BI) Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menempatkan rupiah ke posisi Rp15.582 per dolar AS pada perdagangan sore ini. Mata uang di kawasan Asia juga dominan lesu. Yen Jepang turun 0,02 persen, peso Filipina layu 0,04 persen, yuan China merosot 0,06 persen, dan won Korea Selatan ambruk 0,27 persenSedangkan penguatan dialami dolar Singapura yang naik 0,01 persen, dolar Hong Kong tumbuh 0,02 persen, dan rupee India plus 0,04 persen. Di lain sisi, ringgit Malaysia dan baht Thailand macet Namun, mata uang negara maju mayoritas menguat. Poundsterling Inggris plus 0,12 persen, euro Eropa jatuh 0,04 persen, franc Swiss ambruk 0,10 persen, dolar Kanada menguat 0,01 persen, dan dolar Australia tumbuh 0,02 persen. Fokus pasar beralih ke pembacaan inflasi AS dan penjualan ritel me