Langsung ke konten utama

APA SIH PENYEBAB KOMODITAS MENGALAMI KENAIKAN YANG CUKUP TINGGI?

Kementerian Perdagangan melaporkan bahwa harga barang kebutuhan pokok secara umum dalam kondisi relatif stabil. Tetapi, terdapat beberapa komoditas yang memperlihatkan kenaikan signifikan pada pekan terakhir desember 2021 . Perdagangan Dalam Negeri Kemendag mengatakan komoditas yang naik cukup signifikan dibandingkan dengan bulan lalu mencakup minyak goreng curah dan kemasan, cabai-cabaian, serta telur ayam ras. Pertama, adanya perubahan iklim yang memengaruhi produksi pangan secara global. Kedua, pandemi Covid-19 memengaruhi supply chain, dan ketiga, perang Rusia dan Ukraina yang semakin memperburuk kondisi kelangkaan pangan dan energi.

Fenomena global ini bisa langsung berdampak kepada kita, terkait dengan perkembangan harga pangan dan energi. Merembatnya ke Indonesia nanti biasanya melalui transmisi perdagangan. Pihaknya saat ini masih memantau pergerakan harga-harga tersebut, dan memantau efeknya samping sejauh mana ke Indonesia. Selain itu, menurutnya kenaikan harga harga komoditas pangan dan energi tersebut pun telah membuat sejumlah negara mengalami inflasi pada Februari 2022 yang cukup besar, termasuk negara mitra dagang Indonesia.

Adapun diantaranya, Tiongkok yang mengalami inflasi sebesar 0,9%, Jepang 0,9%, Amerika Serikat 7,9%, Uni Eropa 7,5%, Singapura 4,3%, dan Thailand 5,7%. Jika harga produsen mitra dagang kita bergejolak atau terjadi kenaikan harga, jadi bisa dipastikan, karena sebagian impor untuk membeli bahan baku, pasti akan berdampak ke sektor riil yang ada di Indonesia. Namun, tekanan inflasi global, serta naiknya harga komoditas akan turut mempengaruhi tingginya inflasi pada April. Mengingat momentum ini berbarengan dengan bulan Ramadan yang mengakibatkan banyaknya permintaan. Bahkan inflasi tersebut juga akan memengaruhi inflasi di bulan-bulan selanjutnya, tergantung bagaimana kita merespon kebijakan ini terhadap pergerakan harga saat ini maupun yang terjadi akibat geopolitik.

Berikutnya persoalan stok gula. Satgas Pangan Polri menyebut untuk pemenuhan dari lokal diakui tidak cukup, sehingga mengimpor sebagai jalan keluar. Di negara pengimpor, harga gula tengah melonjak. Sehingga ada pertimbangan dari pemerintah untuk menyesuaikan harga eceran tertinggi gula. Harga gula sedang naik-naiknya. Harga HET gula yang Rp12.500 sedang disesuaikan kembali kira-kira berapa harga yang dimungkinkan. Serta Mengandalkan sapi lokal yang tidak cukup, sehingga harus dengan impor seperti sapi bakalan (daging tuku). Tujuannya untuk ketersediaan kebutuhan masyarakat. Selain itu, ada fenomena mogok dari penjual daging oleh beberapa kelompok pedagang karena harga daging yang meroket. Salah satu pedagang daging sapi di Pasar Bitingan Kudus di Jawa Tengah misalnya membeberkan, hingga kini harga daging sapi dijual seharga Rp120 ribu. Ini membuat penjualan sepi, apalagi jika harga daging naik lagi. Namun, masalah mogok kerja itu kita sudah clear seperti asosiasi terkait mengadakan rapat dan sepakat tidak ada lagi yang tidak menjual daging.


Referensi:
https://amp.kontan.co.id/news/bps-sebut-3-fenomena-global-ini-jadi-penyebab-kenaikan-harga-pangan-dan-energi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

HIMIKO  (Himpunan Mahasiswa Ekonomi) Himpunan Mahasiswa Ekonomi (HIMIKO) adalah wadah organisasi bagi mahasiswa Program Studi Ekonomi untuk mengembangkan diri, menambah relasi dan tentunya memajukan Prodi Ekonomi. HIMIKO terbentuk pada tanggal 12 November 2016. Himpunan Mahasiswa Ekonomi terbentuk pada saat mabim angkatan pertama Program Studi Ekonomi 2016. HIMIKO memiliki arti logo berbentuk 12 gir yang melambangkan tanggal terbentuknya HIMIKO. HIMIKO telah menjadi anggota IMEPI (Ikatan Mahasiswa Ekonomi Pembangunan Indonesia) sejak tahun 2017. Tahun 2019 HIMIKO terpilih menjadi Himpunan Tersosmed di Acara ORMAWA AWARD yang diselenggarakan oleh BEM U. HIMIKO memiliki Visi dan Misi sebagai berikut: Visi : “Meningkatkan solidaritas antar generasi ilmu ekonomi dan menjadikan HIMIKO himpunan yang dikenal di UBB maupun diluar UBB.” Misi : 1. Menjalin kerjasama antar organisasi di UBB maupun diluar UBB. 2. Meningkatkan keakraban antar kepengurusan sehingga menjalankan proker yang maksima

Kapitalisasi Pendidikan Terhadap Aksesibilitas dan Kualitas Pendidikan di Indonesia

Kapitalisasi pendidikan di Indonesia telah menjadi isu yang sangat relevan dan kompleks, terutama dalam konteks kenaikan biaya pendidikan yang signifikan. Kapitalisasi pendidikan dapat didefinisikan sebagai proses di mana pendidikan dipengaruhi oleh unsur-unsur ekonomi dan budaya kapitalis, mengarah pada perbedaan kualitas pendidikan yang didapatkan oleh masyarakat berbeda status sosial dan ekonomi. Kenaikan biaya pendidikan, seperti yang dikenal sebagai Uang Kuliah Tunggal (UKT), dapat memiliki dampak yang signifikan pada aksesibilitas pendidikan, terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Dalam beberapa kasus, kenaikan biaya pendidikan dapat memperburuk situasi kesulitan finansial bagi mahasiswa berpenghasilan rendah, menghambat akses mereka ke pendidikan tinggi, dan bahkan menghentikan studi mereka karena tidak mampu membayar biaya yang semakin tinggi.           Kapitalisasi pendidikan juga dapat berdampak pada kualitas pendidikan yang diterima. Dalam beberapa kasus, kenaikan

Rupiah melemah tipis ke 15.580 per dolar AS pada Kamis, 14 Maret 2024.

Nilai tukar rupiah ditutup di level Rp15.580 per dolar AS pada Kamis (14/3). Mata uang Garuda melemah 5 poin atau minus 0,03 persen dari penutupan perdagangan sebelumnya. Sementara, kurs referensi Bank Indonesia (BI) Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menempatkan rupiah ke posisi Rp15.582 per dolar AS pada perdagangan sore ini. Mata uang di kawasan Asia juga dominan lesu. Yen Jepang turun 0,02 persen, peso Filipina layu 0,04 persen, yuan China merosot 0,06 persen, dan won Korea Selatan ambruk 0,27 persenSedangkan penguatan dialami dolar Singapura yang naik 0,01 persen, dolar Hong Kong tumbuh 0,02 persen, dan rupee India plus 0,04 persen. Di lain sisi, ringgit Malaysia dan baht Thailand macet Namun, mata uang negara maju mayoritas menguat. Poundsterling Inggris plus 0,12 persen, euro Eropa jatuh 0,04 persen, franc Swiss ambruk 0,10 persen, dolar Kanada menguat 0,01 persen, dan dolar Australia tumbuh 0,02 persen. Fokus pasar beralih ke pembacaan inflasi AS dan penjualan ritel me