Lantas kenapa pertumbuhan ekonomi RI masih belum berkualitas?
Pertumbuhan ekonomi adalah sebuah proses dari perubahan kondisi perekonomian yang terjadi di suatu negara secara berkesinambungan untuk menuju keadaan yang dinilai lebih baik selama jangka waktu tertentu. pertumbuhan ekonomi semakin berkualitas ketika semakin besar masyarakat yang terlibat dan menikmati hasil ekonomi produktif di dalam sistem perekonomian. Pertumbuhan ekonomi yang baik dapat membuka kesempatan kerja yang luas apabila didukung oleh tumbuh dan berkembangnya sektor riil.
Dapat diketahui bahwa target pertumbuhan ekonomi pemerintah masih mementingkan sisi kuantitas. Padahal yang dibutuhkan saat ini adalah pertumbuhan ekonomi yang berkualitas. Menurut pandangan kaum tradisional, laju pertumbuhan ekonomi merupakan indikator utama dalam menilai keberhasilan suatu pembangunan ekonomi. Laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi merupakan indikator keberhasilan pembangunan ekonomi sehingga target pertumbuhan ekonomi yang tinggi adalah suatu keharusan.
pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,2 persen di 2022. Angka ini hanya untuk kepentingan pemerintah dalam rangka untuk pendapatan negara dan hal-hal yang bersifat capaian pemerintah. Kemudian hal ini belum bisa dikatakan ke dalam pertumbuhan ekonomi yang berkualitas, karena target itu untuk mempermudah Kementerian Keuangan dalam mendapatkan pajak.
Seharusnya pemerintah lebih mementingkan sisi kualitas dari pemulihan ekonomi nasional ketimbang angka-angka yang bersifat kuantitas. proses pemulihan ekonomi nasional tidak membentuk pola huruf W, melainkan berpola huruf K. Yang dimana bisa diartikan sebagai pemulihan ekonomi yang terjadi saat ini tidak merata. Pola K bermakna sebagian masyarakat ada yang mengalami perbaikan ekonomi yang cepat dan sebagian lagi makin terpuruk.
Dalam hal ini Pemerintah juga merancang 3 (tiga) strategi utama untuk pertumbuhan ekonomi yang berkualitas di tahun 2021 yaitu:
- pertama, untuk strategi penguatan neraca perdagangan, pemerintah akan meningkatkan ekspor melalui pengembangan hortikultura berorientasi ekspor dan percepatan perundingan internasional. Selain itu, Pemerintah juga mengurangi ketergantungan impor melalui sinergi BUMN dalam percepatan mandatori Biodiesel 30% (B30), restrukturisasi PT Tuban Petrochemical Industries (TPI) / dan anak perusahaannya PT Trans Pasific Petrochemical Indotama (TPPI), serta pengembangan usaha gasifikasi batubara.
- Kedua, dari sisi penguatan permintaan domestik, Pemerintah akan meningkatkan konsumsi masyarakat melalui kebijakan Kredit Usaha Rakyat (KUR), penerapan Kartu Prakerja, dan kemudahan Sertifikasi Halal untuk Usaha Mikro dan Kecil (UMK). Kemudian, untuk meningkatkan konsumsi Pemerintah, akan dilakukan dengan percepatan dan perluasan digitalisasi transaksi daerah.
- Ketiga, untuk transformasi struktural, dilakukan melalui revitalisasi industri pengolahan, transformasi sektor jasa, transformasi pertanian, pembangunan infrastruktur berkelanjutan, dan hilirisasi pertambangan.
Dapat dilihat ada beberapa sektor-sektor kelompok masyarakat cepat recover, seperti sawit, nikel, batu bara, dan farmasi. Akan tetapi, mayoritas rakyat susah diangkat. prediksi pemulihan ekonomi tahun 2022 sebesar 5,2 persen hanya sebatas angka. Target yang dibuat pemerintah hanya untuk menyusun APBN pemerintah di tahun selanjutnya saja. Dapat disimpulkan kepentingan ini hanya untuk penyusunan APBN alokasi dana berapa. Misalnya pertahanan buat 1,5 persen dari PDB. Padahal seharusnya, Pemerintah fokus pada kualitas dari pemulihan ekonomi. Jadi apa arti dari 5,2 persen, lebih baik bicara kualitas karena 5,2 persen itu hanya untuk penyusunan APBN saja.
Komentar
Posting Komentar