INDONESIA TURUN KELAS JADI NEGARA PENGHASILAN MENENGAH BAWAH?
Klasifikasi pendapatan Dunia dihitung dari jumlah GNI per kapita, pendapatan nasional dibagi dengan total jumlah penduduk. Dalam website Bank Dunia, klasifikasi pendapatan ini digunakan untuk menunjukkan kesejahteraan masyarakat di suatu negara.
Bank Dunia menilai, GNI telah terbukti menjadi indikator yang berguna dan mudah didapat yang berkorelasi erat dengan ukuran kualitas hidup masyarakat di suatu negara. Seperti kehidupan, harapan saat lahir, angka kematian anak, dan angka partisipasi di sekolah.
Bank Dunia sendiri tahun ini mengelompokkan negara-negara dalam 4 klasifikasi pendapatan. Tahun ini, untuk kategori Low Income di level US$ 1.046, Lower Middle Income di level US$ 1.046-US$ 4,095, Upper Middle Income di level US$ 4.095 - US$ 12.695, dan High Income di level lebih dari US$ 12.695. Karena GNI per kapita Indonesia berada di angka US$ 3.870, maka Indonesia masuk ke dalam kategori lower middle income. Klasifikasi kategori ini biasa digunakan secara internal oleh Bank Dunia, namun juga seringkali dirujuk secara luas oleh lembaga dan organisasi internasional dalam operasional guidelines. Bank Dunia sendiri juga menggunakan klasifikasi ini sebagai salah satu faktor untuk menentukan suatu negara memenuhi syarat dalam menggunakan fasilitas dan produk Bank Dunia, termasuk loan pricing atau harga pinjaman.
Nah mengapa tahun ini Indonesia turun kelas menjadi negara berpenghasilan rendah?
Kantor Staf Presiden (KSP) mengungkap Indonesia turun kelas menjadi negara berpenghasilan menengah bawah karena dampak pandemi COVID-19.
PENYEBAB :
1. Pandemi telah menciptakan pertumbuhan ekonomi negatif di hampir seluruh negara, termasuk Indonesia, di tahun 2020. Dengan demikian, penurunan pendapatan per kapita Indonesia merupakan sebuah konsekuensi yang tidak terhindarkan.
2. Faktor nilai tukar juga mendorong Indonesia turun kelas menjadi negara berpenghasilan menengah bawah. dimana tahun 2020 pendapatan Indonesia tercatat minus 2,07%. Hal itu menunjukkan jika pendapatan nasional lebih rendah dibanding tahun sebelumnya, secara otomatis pendapatan per kapita juga turun. Kemudian, nilai tukar rupiah terhadap dolar juga rata-rata turun 2,66% dibanding tahun 2019.
DAMPAK :
Justru dampak dari turun kelas ini tidak terlalu signifikan ke perekonomian Indonesia. Dampak instannya adalah ke biaya utang dari lembaga negara di dunia. Dengan klasifikasi yang turun kelas ini, ongkos utang Indonesia akan berkurang.
"Saya pikir ini hanya sebatas klasifikasi ya pengaruhnya nggak banyak. Mungkin ke utang ya, ongkos utang kalau kita mau minjam ke lembaga multilateral jauh lebih murah bunganya," ungkap Josua. Namun,sejauh ini utang yang diambil pemerintah tidak banyak dari lembaga multilateral. Justru utang diambil dari penerbitan surat utang alias obligasi.
Menurut Josua, kekhawatiran justru muncul dari turunnya peringkat kredit Indonesia. Dengan turunnya kelas Indonesia menjadi negara berpenghasilan menengah ke bawah dikhawatirkan peringkat kredit alias sovereign rating Indonesia turun.
Ongkos penerbitan obligasi akan lebih besar bila sovereign rating Indonesia turun, peminat surat utang pun akan berkurang. Meski begitu, sejauh ini dia menilai tingkat kredit Indonesia di mata lembaga internasional masih terjaga.
"Tapi kan kebanyakan pemerintah kan didominasi obligasi nih. Nah ongkos penerbitannya, kupon, bunga dan lain-lain ini akan berkaitan dengan sovereign rating. Sejauh inisih peringkat kita di Moodist dan lain-lain itu masih investment grade, sejauh ini nampaknya klasifikasi Bank Dunia belum dilihat mereka," ungkap Josua.
Di sisi lain, Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira juga mengatakan dampak dari turun kelas ini paling instan ke fasilitas utang Indonesia. Menurutnya, Indonesia bisa ketagihan berutang karena turun kelas.
Pasalnya, dengan turun kelasIndonesia akan mendapatkan fasilitas utang dengan biaya pinjaman yang rendah. Apalagi dia menilai Indonesia belum mampu mendorong penerimaan pajak dan sumber pembiayaan di dalam negeri.
"Indonesia bisa ketagihan meminjam utang, karena akan banyak kreditur yang mau berikan pinjaman kepada Indonesia, karena Indonesia dianggap belum mampu mendorong penerimaan pajak sendiri yang optimal atau sumber pembiayaan dalam negeri, sehingga konsekuensinya Indonesia akan menjadi negara yang meminta pinjaman kepada kreditur," ungkap Bhima
Dengan turun kelas, Bhima juga mengatakan ada potensi Indonesia akan ditinggal investor. Karena dengan turun kelas menjadi negara berpenghasilan menengah ke bawah artinya risiko ekonomi yang dihadapi lebih banyak. Bisa saja profil risiko investasi Indonesia memiliki nilai yang buruk.
"Indonesia akan kurang diminati untuk investasi, jadi tidak termasuk kita sebagai tujuan investasi yang memiliki profil risiko aman," papar Bhima.
SOLUSI :
1. Satu-satunya jalan yang harus dilakukan ialah dengan melakukan transformasi struktural menjadi negara industri maju yang ekspor nya dominan berteknologi tinggi.
2. Sebagai penduduk harus mendirikan UMKM kreatif dimasa pandemi ini, karena UMKM juga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia.
sumber :
Komentar
Posting Komentar