Indonesia berada pada persimpangan jalan satu sisi memiliki potensi ekonomi besar (demografi muda, kekayaan sumber daya alam, posisi strategis), sisi lain menghadapi tantangan besar seperti perubahan iklim, ketimpangan sosial, dan kebutuhan akan transformasi ekonomi. Agar generasi muda (millennial dan Gen Z) tidak hanya menjadi "penonton", melainkan aktor utama dalam ekonomi masa depan, diperlukan suara mereka khususnya untuk mendorong ekonomi yang hijau (ramah lingkungan, rendah karbon) dan inklusif (menjangkau semua kelompok, tidak meninggalkan siapa pun).
1. Mengapa Ekonomi Hijau dan Inklusif Penting bagi Indonesia?
a. Potensi ekonomi hijau
Indonesia memiliki sumber daya alam besar untuk energi terbarukan: misalnya, cadangan nikel besar dan potensi panas bumi yang sangat signifikan. Transisi ke ekonomi hijau menjadi bagian dari strategi nasional: seperti target net-zero dan pengembangan sumber energi terbarukan. Investasi hijau meningkat: misalnya forum investasi ekonomi hijau pada 2025 menghasilkan komitmen triliunan rupiah.
b. Kebutuhan inklusivitas
Pertumbuhan ekonomi yang hanya fokus angka dapat gagal mencakup aspek keadilan sosial atau keberlanjutan lingkungan. Studi "Inclusive Green Growth" di Indonesia menunjukkan bahwa pengukuran hanya berdasarkan pertumbuhan saja tidak cukup. Anak muda, termasuk yang berada di wilayah terluar, kelompok adat, perempuan, penyandang disabilitas, sering kali memiliki akses terbatas terhadap peluang ekonomi. Misalnya program yang memfokuskan inklusi gender dan penyandang disabilitas di sektor pertanian hijau di Manggara
c. Peran anak muda
Pemerintah telah menekankan bahwa generasi muda harus berada di garis depan transformasi digital dan ekonomi hijau. Organisasi berbasis anak muda telah muncul untuk mendukung ekonomi hijau, inovasi dan kewirausahaan hijau.
2.Peluang bagi anak muda untuk berkontribusi
Berikut beberapa peluang konkret bagi anak muda untuk bersuara dan bertindak dalam ekonomi hijau-inklusif:
Kewirausahaan hijau: laporan United Nations Development Programme (UNDP) dan United Nations International Children's Emergency Fund (UNICEF) tentang "Youth Entrepreneurship & Green Economy Recovery" menggarisbawahi bahwa generasi muda bisa memimpin dalam bisnis hijau misalnya energi bersih, pertanian berkelanjutan, ekonomi sirkular. Pengembangan keterampilan hijau: program-program seperti Inovasi Muda melalui Green Jobs Academy mempersiapkan anak muda untuk pekerjaan di ekonomi hijau misalnya pertanian regeneratif, ekonomi sirkular, dan energi terbarukan. Partisipasi dalam kebijakan dan organisasi: anak muda bisa bergabung atau membentuk organisasi, komunitas yang mengadvokasi ekonomi hijau & inklusif. Contoh: Green Economy Youth Organization (GEYO) yang diluncurkan di Indonesia.
3. Tantangan yang Dihadapi
Kesenjangan akses dan kapasitas: masih terdapat disparitas antar-wilayah dan kelompok sosial dalam mengakses peluang ekonomi hijau. Studi regional menunjukkan disparitas besar dalam pertumbuhan hijau-inklusif antar provinsi. Kurangnya kesiapan keterampilan: transisi ke ekonomi hijau memerlukan keterampilan baru; jika tidak dipersiapkan, anak muda bisa tertinggal. Pendanaan dan sumber daya: wirausaha muda hijau seringkali menghadapi tantangan dalam akses ke modal, jaringan, pasar. Implementasi kebijakan yang belum optimal: meski banyak target dan kebijakan, dalam praktiknya masih terdapat tumpang tindih, hambatan regulasi, kapasitas institusi yang terbatas.
4. Suara Anak Muda: Apa yang Bisa Dilakukan
Membangun komunitas & kolaborasi: Anak muda dapat membentuk atau bergabung dengan komunitas hijau (lingkungan, ekonomi sirkular, energi terbarukan) untuk memperkuat suara bersama. Menginisiasi proyek-konkrit: Mulai dari skala kampus, kota, hingga nasional misalnya usaha sosial hijau, pertanian regeneratif, kampanye konsumsi berkelanjutan. Mengadvokasi kebijakan inklusif: Melakukan dialog dengan pernangku kebijakan untuk memastikan kebijakan ekonomi hijau tidak hanya memprioritaskan teknologi dan investasi besar, tetapi juga keadilan sosial dan akses untuk semua.Mengasah keterampilan masa depan: Mengikuti pelatihan, workshop, program kewirausahaan hijau cukup banyak program yang sudah berjalan (lihat Inovasi Muda). Memanfaatkan teknologi & digitalisasi: Sebagai generasi digital-native, anak muda dapat menggabungkan teknologi, inovasi digital, dan ekonomi hijau untuk menciptakan solusi baru.
5. Rekomendasi untuk Pemerintah, Sektor Swasta & Masyarakat.
Pemerintah:Prioritaskan kebijakan yang mendukung transisi hijau dan inklusif: misalnya insentif untuk wirausaha hijau muda, subsidi keterampilan hijau, penghapusan hambatan regulasi. Pastikan distribusi manfaat ekonomi hijau merata antar wilayah dan kelompok sosial. Libatkan anak muda dalam perumusan kebijakan, karena mereka bukan hanya penerima manfaat tetapi juga agen perubahan.
Sektor swasta:Investasi dalam bisnis hijau yang inklusif misalnya memberi ruang wirausaha muda, mendukung lokalisasi teknologi ramah lingkungan, memprioritaskan tenaga kerja lokal muda.Bangun kemitraan dengan komunitas dan organisasi anak muda untuk pengembangan kapasitas dan inovasi.
Masyarakat dan anak muda sendiri: Ambil inisiatif lokal: misalnya proyek lingkungan di kampus, kota atau komunitas sendiri. Edukasikan dan tingkatkan kesadaran teman -teman sebaya tentang ekonomi hijau dan inklusif. Monitor dan beri suara terhadap kebijakan yang mempengaruhi masa depan Anda.
Anak muda Indonesia memiliki keunggulan demografis, kapasitas digital, dan energi
untuk mendorong ekonomi yang hijau dan inklusif. Namun tanpa suara aktif dan partisipasi nyata, potensi tersebut bisa tertinggal. Dengan bersuara baik melalui wirausaha, advokasi, atau aksi kolektif generasi muda dapat memastikan bahwa transisi ekonomi bukan hanya "hijau" dari sisi lingkungan, tapi juga adalah inklusif, menjangkau semua lapisan masyarakat. Ekonomi masa depan Indonesia bukan hanya tentang pertumbuhan, tapi tentang pertumbuhan yang berkelanjutan dan adil.
Daftar Pustaka
minata, J., Nusantara, D. I. K., & Susilowati, 1. (2023). The analysis of inclusive green growth in Indonesia. Jurnal Ekonomi & Studi Pembangunan, 24(2). Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
https://journal.umy.ac.id/index.php/esp/article/view/13811
Asyrof, R. A., & Rizaldi, M. (2024). Regional inclusive green growth in Indonesia: Unraveling determinants and disparities. Indonesian Journal of Energy, 8(1). Purnomo Yusgiantoro Center.
https://ije-pyc.org/IJE/article/view/220
Jakarta Daily Indonesia. (2024, March 3). Green Economy Youth Organization wujudkan Asia Tenggara sebagai pusat ekonomi hijau. Jakarta Daily Indonesia.
https://indonesiajakartadaily.id/ekonomi-bisnis/pr-6936344649/green-economy-youth-organization-wujudkan-asia-tenggara-sebagai-pusat-ekonomi-hijau
Komentar
Posting Komentar